Minggu, 20 Oktober 2013

Pelajaran Berharga Seharga 500K

Mengapa ada orang yang sampai hati tega menipu saya? Apa salah saya sampai dia menipu saya? Begitulah yang sering terpikir di otak saya, saat saya lagi bengong. Dan tentu saja penyesalan saya akan kebodohan saya yang lebih menggunakan hati daripada otak. 

Jadi ceritanya begini. Suatu hari saya menerima panggilan interview dari, katakan saja PT XXX.TBK, saya ingat, disuruh datang untuk psikotes dan interview pada hari Selasa tanggal 8 Oktober 2013. Singkat cerita, saya pun hadir pada hari dan jam yang telah dijadwalkan. Perusahaan tersebut termasuk elite, mungkin salah satu dari 10 perusahaan besar di Indonesia yang produknya meliputi minyak sayur, tissue air minum, asuransi, properti, dll. Jumlah karyawannya saja ribuan. Yang psikotes bukan saya saja, tapi banyak ada 18 orang untuk divisi yang berbeda-beda. Nah setelah psikotes selesai, pihak HRD memanggil kami untuk langsung interview dengan user kami masing-masing. User di sini adalah divisi yang kami lamar. Nah dari selesai psikotes ada jeda waktu sebelum kami menghadap pihak user untuk interview. Pihak HRD menyarankan kami menggunakan jeda waktu ini untuk istirahat dan makan siang. 

Ternyata untuk bagian saya, ada 5 peserta yang dipanggil (berarti 4 pesaing untuk saya, tapi bukan itu yang mau saya bahas). Singkat kata, saya berkenalan dengan 4 orang peserta. Dua laki-laki dan dua perempuan. Satu orang perempuan dan satu orang laki-laki hanya berkenalan sesaat dan langsung melesat pergi entah kemana. Sedangkan satu orang perempuan lagi sangat ramah. Dia mengajak saya dan satu peserta laki-laki yang lain untuk makan siang bersama. 

Kami pun memilih untuk makan siang di resto terdekat dengan gedung PT tersebut, yaitu restoran Padang. Selama makan siang kami ngobrol-ngobrol. Dari pembicaraan singkat tersebut, saya tahu kalau perempuan ramah ini adalah pengantin baru. Dia baru menikah bulan Maret 2013, belum punya anak dan suaminya seorang pendeta HKBP yang sedang kuliah S2. Oke singkat cerita, selesai makan siang kami pun bersiap kembali ke kantor tempat user akan mewawancarai kami. 

Wawancara berlangsung lama, setiap orang rasanya diwawancara nyaris 1 jam dan saya urutan ke-4. Jadi bayangkan saya harus tunggu 3 jam sampai giliran saya tiba, tapi yah ini tidak masalah dan saya tidak keberatan, selain karena memang itu sudah bagian dari resiko saya sebagai pelamar dan juga hak pewawancara karena itu berarti pewawancara kami sabar dan detil.

Karena waktu tunggu yang lama, saya dan 3 orang peserta mengisi keguguban kami dengan saling mengobrol. Kami juga saling menukar PIN BB. Saya persingkat saja, akhirnya tibalah giliran saya dan setelah nyaris 1 jam maka saya pun selesai dan langsung pulang karena memang hari sudah sore, jam 16.30. Perempuan ramah yang tadi makan siang bersama saya kebetulan mendapat giliran nomor 3 atau tepat sebelum saya dan dia tentunya sudah langsung pulang karena wawancaranya sudah selesai lebih dahulu. Tapi dia masih menghubungi saya dan tanya-tanya macam, "bagaimana wawancaranya? ditanya apa saja? semoga sukses ya, jadi kita bisa sama-sama diterima dan kerja bareng."

Si perempuan ramah ini, keesokan harinya masih tanya-tanya saya. Bukan soal wawancara, tapi macam-macam hal. Mulai dari film apa yang sedang diputar di bioskop, trus apa sudah ada panggilan lagi, macam-macam deh. Selanjutnya setiap hari dia selalu BBM saya dan berbicara hal-hal remeh seputar ini dan itu. 

Sampai pada hari Rabu tanggal 16 Oktober, dia PING saya di BBM, katanya urgent, dia butuh bayar cicilan rumah Rp1.500.000 karena hari itu adalah hari terakhir, kalau telat akan kena denda. Dia ada uang cash tapi dana bank sedang kosong. Hari itu, dia sedang tidak enak badan dan jarak bank dan rumah jauh, dia sendirian karena katanya, suaminya lagi pelayanan di pedalaman dan HPnya nggak aktif karena sinyalnya tidak ada. Susah dihubungi deh dan suaminya baru balik hari Sabtu. Jadi dia mau pinjam saya Rp1.500.000 untuk bayar cicilan rumah. Saya tanya, apa tidak bisa minta tolong keluarga? dia beralasan kalau dia tidak mau sampai pihak keluarganya khawatir, jadi lebih memilih pinjam sama teman. 

Dia terus mohon-mohon dan janji hari Jumat atau 2 hari dari dia pinjam akan langsung diganti. Dari sini batin saya berperang antara percaya atau tidak. Saya coba search di google dan menemukan fb-nya. Dari sana saya cek fb-nya dan menemukan foto-foto dia. Tidak ada yang aneh di fb-nya. Foto-foto itu standar foto-foto yang sering diunggah ke facebook. Foto sama teman-temannya, foto-foto pernikahannya di sebuah gereja bersama suaminya dan keluarga besarnya, lalu foto-foto bersama orang tuanya. Sejauh ini saya lihat tampaknya keterangan dia benar. Tapi akal sehat saya masih berkonflik, saya tidak bisa kasih sejumlah yang dia minta, terlalu banyak, bagaimana kalau dia bohong. Akhirnya saya putuskan Rp 500.000 saja. Transaksi dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 Oktober 2013.

Si perempuan ramah ini sangat senang dan berterimakasih. Dia juga tanya berapa nomor rekening saya biar bisa ditransfer balik. Sesudah itu tidak ada yang aneh, dia masih sering BBM saya dan bertanya hal-hal remeh. Sewaktu hari Sabtu siang, saya kembali BBM dia dan tagih hutangnya, dengan alasan saya butuh uang dan alasan saya memang benar adanya. Dan dia sendiri pernah bilang kalau hari Sabtu, sang suami akan balik. Jadi saya langsung tagih, karena saya tidak mau lama-lama dihutangin. Dia hanya membalas, "oke."

Hingga Sabtu malam, tidak ada yang aneh. Lalu Minggu sore, saya kaget saat lihat namanya sudah tidak ada dalam contact BBM saya. Tubuh saya langsung dingin, hati saya langsung berdebar-debar. Lalu saya coba lihat nomor whatsapps nya. Ada yang aneh, mendadak profile fotonya hilang, lalu saya  langsung menghubungi nomor tersebut, namun jawabannya hanya, "Maaf nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan area." Saya langsung lemas, tapi saya masih berpikir positif. Kok bisa? Yah, saya sempat berpikir, apa mungkin ada sesuatu dengan HP-nya? Mungkin handphonenya hilang atau ada gangguan. Sepertinya harapan saya lebih karena hati kecil saya masih menolak bahwa saya bodoh dan saya telah tertipu.

Saya mencoba menghubungi salah satu pelamar lain yang ikut psikotes juga, laki-laki, karena waktu itu kami kan sempat tukar nomor PIN BB. Saya bertanya padanya, apakah dia punya nomor PIN si wanita ramah ini? mulanya dia jawab ,"ada, tunggu sebentar," lalu semenit kemudian dia kembali BBM saya dan menjawab, "nggak ada, di delcon (delete contact)."

Saya coba cari akal, lalu saya ingat facebook. Facebooknya masih ada. Saya coba kirim pesan via facebook, saya tidak langsung tuduh dia, saya tanyakan baik-baik, "mengapa contact saya di BB di delete? dan saya sangat butuh uang, bisa segera dilunasi." Saya juga tinggalkan nomor handphone saya, seandainya saja dia memang kehilangan handphone.

Satu jam saya tunggu, sambil coba menenangkan, diri saya coba melakukan hal lain. Saya cek facebook saya dan tidak ada pesan masuk. Lalu saya cek facebook si wanita ramah ini dan HILANG. Kalimat dalam facebook tersebut adalah, This page isn't available. The link might be broken or the page may have been removed. Anda bisa coba sendiri. Padahal 1 jam yang lalu masih ada page fb-nya, namun setelah saya berkirim pesan langsung hilang. Seandainya handphone yang hilang, biasanya hanya nomor yang tidak bisa dihubungi. Resmi sudah. Dia menipu saya.

Perasaan saya campur aduk, marah, sedih, kecewa, dan paranoid. Marah bisa saya atasi, walaupun kemarahan saya di sini saya tujukan pada diri sendiri, karena saya begitu bodoh dan tolol, bisa-bisanya saya percaya sama orang asing hanya karena kesan baik. Sedih? pasti. Siapa yang tidak sedih kalau uangnya hilang. Tapi saya coba ikhlaskan dan tidak mau PHP. Saya anggap saya berulang tahun dan mentraktir teman-teman saya. Saya juga berpikir, apakah ini teguran Tuhan? mungkin saya kurang amal? Tidak bukan salah Tuhan, karena saya sudah dikasih otak untuk berpikir. Saya lebih berpikir, ini pelajaran agar kedepannya saya tidak segampang itu percaya orang.

Kecewa? jelas, siapapun pasti kecewa kalau dimanfaatkan dan ditipu, hanya saja saya coba ambil pelajaran untuk lebih waspada dan berhati-hati dan heartless. Tapi perasaan yang paling tidak enak adalah paranoid. Saya jadi takut sendiri dengan setiap orang yang tidak saya kenal. Marah, sedih dan kecewa bisa saya atasi, tapi paranoid, tidak terduga. Paranoid juga bisa bikin sakit.

O ya, dari tadi saya hanya sebut dia si wanita ramah, tapi namanya adalah :

Riris Tuti Sri Handayani Hutahaean. Tidak gampang bagi saya untuk memutuskan menuliskan ini di blog, mengingat bagi saya hal ini hanya membuat saya terlihat bodoh dan saya tidak suka mengungkap kejelekan seseorang. Tapi setiap manusia bisa berbuat kesalahan dan ini sudah merugikan. Saya putuskan lebih baik saya sharing, karena seandainya anda yang membaca ini, berkenalan dengan orang yang namanya tertera dalam receipt tersebut, anda bisa ekstra hati-hati agar tidak mengalami kejadian seperti saya. Saya tidak tahu apakah ada nama lain. 

Sedikit cerita baik sebelum saya tutup. Ada orang asing yang baik juga. Pernah BB saya tertinggal di sebuah foodcourt mal, lalu seorang anak kecil (entah disuruh ortunya atau inisiatif sendiri) mengejar dan menghampiri saya sambil mengembalikan BB saya yang tertinggal. Sayangnya sangat langka yang seperti itu.

Mungkin sekarang pertanyaannya ganti bukan apa salah saya (karena saya sudah iklaskan) tapi apa yang ada dalam pikiran mereka yang suka menipu orang lain saat mereka melakukannya?